Wednesday, February 1, 2017

Siapakah Dibalik Isis Sebenarnya

Tags



Sejak tahun 2014 yang lalu nama kelompok terorris terbaru mulai datang ditelinga para masyarakat, di televisi ataupun di berbagai media.

Isis adalah sebuah kelompok yang mengaku sebagai aliran Muslim dan sebagai khalifah di muka bumi.
Berbagai negara di dunia mengatakan kalau ini adalah benar-benar tindakan terrorisme.

Isis dikenal dengan kekejamanya, yang membunuh setiap orang yang tidak sejalan dengan nya.
Tak hanya itu, kelompok isis juga menggangap seorang muslim yang tidak mengikutinya akan di anggap kafir, dalam kata yang lebih tepat mengkafirkan muslim yang lain.

Kekejaman isis sungguh luar biasa dalam memperebut beberapa bagian negara di timur tengah, dengan tidak peduli membunuh sesama muslim.

Disini kita akan mencari tahu, siapa dibalik Isis yang sebenarnya?

Beberapa bulan yang lalu presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengaku memiliki bukti keterlibatan Amerika
Serikat mendukung kelompok militan ISIS.

Dalam sebuah jumpa pers di Ankara, Selasa (27/12/2016), Erdogan mengklaim memegang bukti bahwa
pasukan koalisi pimpinan AS di Syria, memberikan banyak bantuan kepada kelompok teroris, termasuk ISIS dan
grup militan lainnya yang menentang rezim Presiden Bashar Al-Assad.

“Mereka (AS) pernah menuduh kami mendukung Daesh (sebutan lain ISIS).
Sekarang mereka memberikan dukungan kepada kelompok teroris termasuk Daesh. Kami telah mengonfirmasi bukti dengan foto dan video,” kata Erdogan, seperti dikutip dari Metro.
Dalam konferensi pers itu, Erdogan juga mengundang presiden Arab Saudi dan Qatar menghadiri pertemuan dengan Rusia dan Iran di
Kazakhstan di bulan januari 2017.

Pertemuan tersebut akan membahas perdamaian di Syria. Turki, Arab Saudi dan Qatar selama ini dikenal
sebagai pendukung pemberontak anti-Assad. Sementara Iran dan Rusia
bersekutu dengan Presiden Assad.

Pada saat kampanye di Florida, tepatnya Rabu 10 Agustus, presiden Trump mengatakan pengakuan yang sangat mencengang kan,
"Mereka menghormati Presiden Obama. Dia pendiri ISIS,"
Trump mengatakan 3 kali ucapan,
”Dia pendiri ISIS. Dia pendiri ISIS, oke? Dialah pendirinya. Dia mendirikan ISIS,” kata Trump tentang penguasa Gedung Putih tersebut.

Dia juga menyerang saingannya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton,
dengan menyebutnya sebagai
'mitra pendiri'.

Namun Trump tetap berpegang pada pendapatnya dengan mengatakan pada Kamis 11 Agustus bahwa
Obama dan Clinton adalah
'pemain yang paling berharga' di ISIS.'

Trump kemudian tampak mengaitkannya dengan tentangan
terdahulunya terhadap perang di Irak. Hillary Clinton mendukung perang di Irak sewaktu menjadi senator. Barack Obama, yang belum menjadi anggota Kongres
ketika itu, secara terbuka
menentang invasi tersebut. Invasi yang dipimpin Amerika terhadap Irak
dianggap luas sebagai perang
yang mendorong krisis di Suriah sekarang ini.
Sebagian anggota partai Republik telah mengritik Presiden Obama dan
Hillary Clinton karena tidak
bertindak cukup agresif dalam menyerang kelompok ISIS sewaktu kelompok itu merebut wilayah di Irak dan Suriah beberapa tahun silam. Tetapi tak seorang pun petinggi partai Republik yang bertindak lebih jauh dengan menuduh Presiden Obama
sebagai pendiri kelompok itu.

Nancy Pelosi, pemimpin faksi
Demokrat di DPR AS mengecam pernyataan Donald Trump.

"Penyebar kebencian, mereka yang ingin diliput oleh pers dengan hal-hal yang mereka katakan. mereka
mengutarakan omong kosong
mereka di mana saja agar dapat perhatian, dan in merupakan taktik, memang disengaja.”

Bertolak-belakang dari pernyataan Trump, Pelosi menuduh bahwa invasi
Amerika ke Irak (yang dilakukan pada masa pemerintahan Presiden George W. Bush yang berasal dari partai Republik) sebagai penyebab destabilisasi di TImur Tengah dan memicu munculnya kelompok teror
ISIS.

Namun dalam sebuah tanggapan yang
dilontarkannya melalui Twitter, Trump mengatakan tuduhanya pada Hillary Dan Obama adalah cuma sebuah sarkasme.

Disini ada kabar lain.
Dr Joy Karega, asisten profesor Oberlin College, AS, menyebut ISIS adalah ciptaan Israel.

Seorang asisten profesor di Oberlin
College, salah satu universitas
tertua di Amerika Serikat (AS), diskors pihak kampus setelah mengungkap bahwa kelompok ISIS diciptakan Israel dan merupakan operasi CIA dan Mossad. Ilmuwan
bernama Dr Joy Karega ini
dianggap mengumbar materi anti-Semit.

Materi perihal kelompok ISIS
atau Islamic State yang dia
sebut ciptaan Israel itu
diunggah di Facebook.
Tak hanya itu, materi yang dia
sebarkan itu juga menyebut Israel di balik serangan 11 September 2001 atau 9/11 dan serangan terhadap kantor majalah Charlie Hebdo di Paris.

Lantaran memicu polemik, Karega sudah menghapus materi di Facebook yang dia unggah.
”Ini mengganggu bahwa pada hari ini, ketika ada semua akses untuk informasi, sebagian besar masyarakat tidak tahu siapa dan apa ISIS yang sebenarnya. Saya
bersumpah bahwa ISIS bukanlah organisasi jihad Muslim.

Ini adalah operasi CIA dan Mossad, dan ada terlalu banyak informasi di sini yang tidak diketahui masyarakat
umum.”

Di samping itu Hillary
Clinton juga mengakui bahwa ISIS adalah Ciptaan Amerika – Israel

Laporan media di Lebanon telah menyatakan, mantan menteri luar negeri AS, Hillary Clinton dalam memoarnya berjudul 'Hard Choice', ia telah mengakui dalam
bukunya bahwa Amerika Serikat menciptakan Negara Islam dan berencana mengakui kehadirannya."

Kedubes AS segera bertindak
dengan mengklarifikasi
bahwa buku yang diterbitkan Hillary tidak memiliki referensi apapun tentang keterlibatan AS dalam
penciptaan ISIS atau berencana untuk mengakuinya sebagai organisasi yang sah.

Laporan media mengatakan
bahwa AS menghentikan
rencana mereka tersebut
setelah terjadi revolusi di
Mesir dan kebijakannya
mengutuk gerakan Ikhwanul Muslimin.

Tak lama setelahnya kedubes melalui akun Twitter dan Facebook telah
membuat pernyataan bahwa
tuduhan yang muncul itu adalah palsu.

"Menciptakan organisasi teroris dunia yang menebarkan ketakutan, tak bisa dipisahkan dengan Amerika Serikat. Hampir setiap kurun waktu akan lahir sebuah kelompok teroris kaliber dunia, yang dilahirkan oleh Central Intelligence Agency (CIA/ lembaga kontra intelijen internasioal milik AS). Tujuannya untuk menciptakan Islam sebagai musuh baru pasca berakhirnya era komunisme yang ditandai keruntuhan Uni Soviet. Tak heran bila kelompok teroris yang dibidani, hampir selalu berbendera Islam. Setelah Al-Qaeda ditumpas, kini Islamic State of Iraq and al-Syam (ISIS), yang dijadikan simbol Islam radikal sebagai musuh bersama". Ungkap Hillary.

mantan pegawai badan intelijen Amerika Serikat, National Security Agency (NSA) yang juga mantan agen CIA, Edward Snowden, pembocor rahasia intelijen AS yang kini bermukim di Rusia juga mengungkapkan di beberapa media internasional, bahwa bahwa ISIS bukan murni organisasi militan Islam. Organisasi ini merupakan bentukan kerjasama dari badan intelijen Inggris (MI6) , Amerika (CIA) dan Israel (Mossad). Tegasnya.

Badan intelijen ketiga negara itu, menurut Snowden, secara khusus menciptakan sebuah organisasi teroris yang mampu menarik semua ekstremis dunia untuk bergabung di suatu tempat. Strategi itu populer dalam dunia intelijen dengan sebutan the hornet’s nest (sarang lebah).

Penciptaan ISIS itu terdapat dalam dokumen NSA yang dimiliki. Implementasi strategi sarang lebah untuk melindungi entitas Zionis di dunia, dengan menciptakan slogan-slogan keagamaan dan Islam. Dengan strategi ini, kelompok-kelompok yang merupakan musuh Israel dan sekutunya lebih mudah terdeteksi. Tujuan lainnya, untuk merawat instabilitas di negara-negara Arab.

Menurut dokumen yang dirilis oleh Snowden, disebutkan, bahwa satu-satunya solusi melindungi negara Yahudi adalah menciptakan musuh di dekat perbatasannya.
Dokumen yang dibocorkan itu mengungkapkan, bahwa pimpinan tertinggi ISIS yang juga seorang ulama, Abu Bakr al-Baghdadi sepeti dikutip Moroccantimes, telah dilatih secara militer dan intensif selama satu tahun oleh Mossad. Selain latihan militer dan pengorganisasiannya, dia juga dilatih dalam masalah teologi dan seni berbicara.

Sedangkan Global Research, sebuah lembaga peneliti independen dari Canada menyebutkan,
bahwa seorang pakar dalam studi oriental berkebangsaan Rusia, Vyacheslav Matuzov, mengatakan
pemimpin dari Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) Abu Bakr al-Baghdadi memiliki hubungan sangat dekat dan terus bekerja sama dengan CIA. Matuzov menyatakan, “All facts show that Al- Baghdadi is in contact with the CIA and during all the years that he was in prison (2004-2009) he has been collaborating with the CIA,” katanya di Suara Radio Rusia, Selasa, 8 Juli 2014.

Dia mengatakan bahwa AS tidak perlu
menggunakan drone untuk mengamati ISIL atau ISIS, karena sudah memiliki akses ke para pemimpin kelompok tersebut. Matuzov meyakini sejak komandan teroris merupakan sekutu AS, maka Washington tidak akan memerangi mereka. Mereka adalah bagian dari rencana besar dari AS.

Dalam catatan Global Reserarch, pemimpin ISIL adalah Abu Bakr Al-Baghdadi yang pernah menjadi tahanan di pusat penahanan AS, Camp Bucca di Umm Qasr, kota pelabuhan di Irak selatan, Februari 2004 hingga awal Desember 2004. Pada tahun 2006 Baghdadi kembali aktif di kawasan Irak. Baghdadi selanjutnya mengumumkan diri sebagai khalifah dari negara Islam. Beberapa informasi menyebutkan,
pejuang suku Kurdi menemukan bahan makanan kemasan buatan Israel di tempat persembunyian ISIL di Mosul dan kota Kirkuk.

Beberapa laporan pengamat militer juga menyebutkan, rumah sakit milik Israel banyak merawat militan ISIL yang terluka dalam pertempuran. Bahkan Perdana Menteri Israel
Benyamin Netanyahu juga melakukan kunjungan ke rumah sakit lapangan yang didirikan oleh otoritas Israel di wilayah Suriah yang diduduki ISIL, untuk mengobati pemberontak yang luka akibat bertempur dengan pasukan Suriah.

Informasi lain yang memperkuat adanya kaitan antara kelompok ISIL (ISIS) dengan CIA, disampaikan oleh pejabat Yordania. Menurut dia, anggota ISIL telah dilatih disebuah markas rahasia di Yordania oleh instruktur dari Amerika Serikat. Pada minggu pertama bulan Juni 2014 mingguan Jerman Der Spiegel menulis, bahwa militer AS telah melatih pemberontak Suriah di Yordania.

Latihan di Yordania dilaporkan terutama pada penggunaan senjata anti-tank. Majalah Jerman itu melaporkan, sebelumnya sekitar 200 orang pemberontak telah menerima pelatihan selama tiga bulan. Harian Inggris Guardian juga melaporkan, AS pada bulan Maret 2014 membantu pelatihan militer kepada pemberontak Suriah di Yordania bersama dengan instruktur Inggris dan Perancis. Kantor berita Reuters melaporkan, juru bicara Departemen Pertahanan AS menolak berkomentar
langsung pada laporan majalah Jerman itu. Kementerian luar negeri Prancis dan kementerian luar negeri dan pertahanan Inggris juga tidak mau berkomentar kepada Reuters.

Sepertinya ini tidak bisa dikutip lebih jauh, untuk masalah ini terlalu panjang untuk disatukan.

Jadi siapakah dibalik kekejaman isis ini, mungkin kita tidak tau pasti.
Akan tetapi semua berita di atas sengaja saya rangkum dari berbagai sumber, Hanya untuk bertujuan membeber kan fakta.

Disini tidak ada maksud untuk tuduh menuduh. Menurut saya yang paling lucu saling tuduh nya Hillary dan Trump pada saat itu.


Tags : Terroris

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon